My Aya

3 Komentar

Aku menatap wajah gadis itu yang terlihat begitu antusias memasukkan sesendok demi sesendok Gado-gado dengan Kerupuk Daun Bayam ke dalam mulutnya yang mungil. Ekspresi wajahnya dengan kedua belah pipi menggelembung membuatku hampir tertawa. Diam-diam aku merekam cetakan wajahnya ke dalam pikiranku, sambil menikmati angin petang yang berhembus perlahan memainkan rambut hitamnya yang lurus sepundak. Bibirku menarik sebuah garis membentuk senyuman ketika angin petang itu dengan nakal menyibak poninya, hingga sebutir jerawat malu-malu menyembul di antara helaian rambutnya itu.

 

Gadis itu seolah tak merasakan kehadiranku, padahal jarak antara aku dan dia hanya dipisahkan sebuah meja kecil berisi beberapa menu makanan dan dua buah gelas berisi Ginger Salsa. Tapi entah, ia malah membentuk dunianya sendiri untuk beberapa saat, sebelum akhirnya ia mengangkat wajah, menatapku.

 

“Kenapa memandangiku begitu?” tegurnya sambil meletakkan sendok ke tepi piringnya yang hanya menyisakan remah-remah sisa  makanan yang telah berpindah ke perutnya. Aku tersenyum.

 

“Memandangimu jauh lebih mengasyikkan daripada mengisi perutku. Setidaknya untuk saat ini. Aku bisa makan kapan saja, tapi menikmati saat-saat bersamamu adalah hal yang langka. Bukan begitu?” aku balik bertanya dan tak mampu berpaling ketika semburat merah menjalar di kedua pipinya.

 

“Terlalu lama bergaul denganku membuatmu ketularan jadi tukang gombal, “ balasnya. Aku tergelak. Gadis itu, dia selalu memiliki cara sendiri untuk membuatku tertawa, dan terkadang, ia kelewat sering memberi jawaban yang tak disangka untuk pertanyaan-pertanyaanku.

 

“Kupikir kau akan bilang bahwa terlalu lama bergaul denganmu membuatku ketularan jadi romantis,” aku tak mau kalah. Dan gadis itu kali ini tertawa, memamerkan deretan giginya yang putih.

 

“Bukankah kita sudah pernah membahas bahwa romantis dan gombal itu hanya beda tipis?” kali ini aku dan dia tertawa berbarengan, mengingat kembali pembicaraan kami beberapa waktu dahulu via inbox facebook.

 

Untuk beberapa waktu, tak ada pembicaraan di antara kami. Gadis itu memilih untuk menikmati Ginger Salsa di depannya, sementara aku kembali menikmati keindahan parasnya.

 

Kuputar kembali memoriku yang memunculkan potongan-potongan adegan ketika aku mengenal gadis itu. Gadis yang sering kupanggil Aya. Gadis yang kehadirannya serupa  gerimis. Pelan namun pasti kehadirannya mampu meruntuhkan tembok tebal yang memagari hatiku. Tembok yang kubangun sebagai antisipasi rasa sakit hati yang kesekian kali. Aya, dengan caranya sendiri menemukan jalan untuk menempati tahta tertinggi di hatiku. Padahal perkenalan kami hanya sebatas maya, disebabkan kesukaan akan sebuah drama seri yang sama. Namun, bukankah cinta selalu disatukan dengan cara-cara yang unik dan tak terduga?

 

“Aya…,” panggilku. Ah, bukankah hubungan kami begitu unik, sehingga aku dan dia tak seperti pasangan lain yang memiliki panggilan sayang untuk pasangan masing-masing? Aku memanggilnya Aya, sama seperti teman-temannya memanggilnya. Begitu juga dia, memanggilku Nyoman, seperti orang-orang lain memanggilku. Pernah, di awal kebersamaan kami, aku dan dia menggunakan kata daku-dikau, hal yang kemudian kami tertawakan, sebab seolah-olah sedang berada dalam sebuah drama kolosal ketimbang percakapan sepasang anak manusia yang sedang pacaran.

 

“Hemmm?” Ia bergumam menjawab panggilanku.

 

“Kau tahu kalau aku bukan lelaki yang romantis. Lantas apa yang membuatmu memilihku?” tanyaku. Ada riak yang bermain di sepasang matanya mendengar pertanyaanku. Aku mengerti, ia heran dengan pertanyaanku. Aku pernah menanyakan hal yang sama ketika kami chat, tentunya agak mengherankan ketika aku kembali menanyakan pertanyaan serupa.

 

“Bukankah kita juga sudah pernah membahasnya? Bukankah seperti yang sudah seringkali kukatakan, aku memilihmu karena hatiku menuntunku untuk menerimamu. Orang-orang memang seringkali melabeliku sebagai perempuan yang romantis, tapi hal itu tak lantas membuatku harus mencari lelaki romantic juga sebagai pasanganku, kan? Kau berbeda, dan justru perbedaan di antara kita yang membuat hubungan kita kaya. Kau tahu aku tak pernah suka melihat acara tenis di televisi, tapi sejak bersamamu aku belajar untuk menyukainya. Awalnya memang sedikit terpaksa, sih. Hanya supaya aku tak terlihat dungu di depanmu, tetapi lama-lama aku menikmatinya, bahkan menyukainya. Kau pun begitu, kan? Seperti katamu, kau nol besar dalam masalah puisi, tapi kau juga berusaha untuk bisa memahaminya, kan? Bukankah itu yang akhirnya membuat hubungan kita menjadi indah? Kita belajar dari sekian banyak perbedaan di antara kita.” Jawabnya panjang lebar.

 

Senyumku merekah mendengar jawabannya. Jawaban yang masih sama seperti beberapa waktu lalu.

 

“Kemarilah,” aku menepuk pahaku. Gadis itu berdiri, mengibas remah-remah kerupuk yang mengotori rok selutut yang ia kenakan, lalu melangkah memutari meja kecil yang menjadi pembatas di antara kami. Ia lalu duduk di pangkuanku. Aku memeluk pinggangnya, sambil membenamkan wajahku di pundaknya, menikmati wangi shampo yang ia kenakan. Untuk beberapa saat, tak ada yang berbicara di antara kami. larut dalam pikiran masing-masing.

 

“Dengan begitu banyak beda di antara kita, apa kau yakin dengan hubungan ini ke depannya, Ay?” tanyaku, sambil tetap memeluk pinggangnya. Gadis itu menangkupkan kedua tangannya di atas tanganku.

 

“Itu adalah konsekuensi  yang harus kita jalani, kan? Kita tak pernah tahu apa yang terjadi nanti, maka lebih baik kita jalani saja hari ini. Bukankah aku juga pernah bilang, sebelum pemilik asli hatimu datang, ijinkan aku untuk sementara menempati singgasana cinta yang kau hamparkan. Nanti jika yang punya sudah datang dan meng-klaim bahwa dialah yang tercipta dari tulang rusukmu, baru aku akan mundur,”  seuntai tawa menutup jawabannya. Aku semakin mengeratkan pelukanku pada gadis itu.

 

Aya lalu memintaku melonggarkan pelukanku. Gadis itu berbalik, hingga posisinya kini duduk berhadapan denganku. Kedua tangannya ia kaitkan di leherku. Tatapan matanya lurus menatap sepasang bola mataku.

 

“Kau tahu, apapun yang akan terjadi di dalam kehidupan kita ke depannya, aku hanya ingin kau percaya bahwa apa yang kukatakan hari ini adalah yang paling benar. Aku mencintaimu. Aku mencintaimu yang mencintaiku dengan cara yang berbeda. Aku mencintaimu dengan segala ketidakromantisanmu.  Pokoknya, aku mencintaimu,” ujarnya, lalu secepat kilat gadis itu membalikkan badannya, kembali memunggungiku, meski masih tetap duduk di pangkuanku. Senyumku mengembang mendengar pernyataan gadis itu. Aku yakin, wajahnya telah bersemu merah saat ini. Hampir setahun menjalin hubungan, meskipun hubungan jarak jauh, namun tadi adalah pernyataan cintanya yang pertama untukku. Aku merasakan sebuah perasaan bahagia luar biasa demi mendengar pernyataannya.

 

Kemudian lagi-lagi hanya sunyi di antara kami. aku mengeratkan pelukanku pada gadisku itu sambil mengajaknya menikmati angin sawah yang bertiup semilir. Dalam bisikku, aku menunjukkan padanya keindahan panorama yang terbentang di depan kami: anak-anak yang berjalan bertelanjang kaki melewati aliran sungai kecil yang mengairi sawah, burung-burung yang terbang berkelompok di udara, kupu-kupu aneka warna yang bertebaran di atas hamparan sawah. Aku tertawa sambil menjawab pertanyaannya yang bertubi-tubi juga luapan bahagianya yang seumur hidup baru sekali melihat sawah. Haha, mungkin benar apa yang ia katakana, justru beda itulah yang membuat hubungan kami kaya.

 

I love you too, Aya

With love, Nyoman.

FUN-KEY COMPLEX WIS JAN SERIES! #1

7 Komentar

FUN-KEY COMPLEX WIS JAN SERIES! #1

Original Story Line & Script by Coolativa (fanfiction.net)

Edited and Modified by TURN

Bersama:

Geng FUN: Elang

Don’t Like Don’t Read

Enjoy Bro Sis!

 

******

 

Pada hari Minggu,di suatu hutan…

Elang: Ah,udaranya segar dan pemandangan hijau dan sangat bagus kalau binatang-binatang dan monyet-monyet ditembak pake senapan gw dan hutannya dipenuhi darah binatang-binatang liar sialan yang ada di hutan ini dan monyet-monyet yang lagi ngebaca cerita ini dan yang ngebuat #plak..

Dan tiba tiba terdengar…

Tarzan: Auoooooo,kemudian kejeduk pohon & jatuh..! -____-“

Elang: Wah,lu kan…

Tarzan: Eit,jangan nyebut dulu nama gw,gw belum nanya lu!

Elang: O iya.

Tarzan: Nah sekarang baru gw tanya, lu tau ga siapa gw?

Elang: Wah,lu kan…KATY PERRY! minta tanda tangannya dong!

Tarzan: GW BUKAN KATY PERRY! tapi mirip sih,tapi tetep bukan!

Elang: Kalo lu bukan Katy Perry,lu itu… MAK EROT,ya kan???

Tarzan: Bukan!!!!!!

Elang: Ya udah deh gw nyerah,lu siapa sih???

Tarzan: Bah,You don’t know me? I’m Tarzan,you know???

Elang: Nama lu panjang amat, You don’t know me,I’m Tarzan,you know?

Tarzan: Bego amat si lu,nama gw Tarzan!!!!

Elang: *nampar Tarzan* Sok pinter lu,lagian lu belajar bahasa Inggris dari mana?

Tarzan: *nampar Elang* Dari gorila yang ada disini!

Elang: Kok gorilanya bisa bahasa Inggris?

Tarzan: Ya iyalah! Gorilanya dari Inggris tauk!

(Elang berpikir: Kok ada yang aneh rasanya? Apa readers tahu?)

Tarzan: Ngapain lu kesini?

Elang: Gw mo ngeburu monyet kaya lu!

Tarzan: *nampar Elang* Lu ga boleh ngatain gw monyet! *nampar Elang lagi* ama ngeburu monyet di sini,monyet!

Elang: Kok lu nampar gw 2 kali?!?! *nampar Tarzan* Lu juga ngatain gw monyet! *nampar Tarzan lagi* (ni kok jadi adegan tampar-tamparan gini sih)

Tarzan: Udah nyet! Pokoknya lu ga boleh berburu monyet ama binatang lain disini!

Elang: Eh nyet! siapa yang ngasih ijin kalo gw ga boleh berburu di sini?

Tarzan: Gw!

Elang: Udah lah! Kesel gw ama lu nyet!

Ketika Elang mau mukul Tarzan,tiba tiba terdengar suara…!

Sutradara: *ngeliat Tarzan* Oh lu disini! Sini lu! Syutingnya disebelah sono noh! *nyeret Tarzan* Maaf ya dik,udah ganggu kamu,dia ini terlalu menghayati perannya. Udah,lu ga usah berontak *mukul Tarzan*

Tarzan: Pokoknya lu ga boleh berburu monyet atau binatang disini! *dipukul pak sutradara*

Elang: Ih! gw juga baru mau pergi dari sini! kalo lama lama disini,bisa gila gw!

.

TBC

Donporget tinggalin jejak! ^^

______

 

.Joy With TURN

 

 

Piece of Life (Bukan Sebuah Cerpen)

19 Komentar

Assalamu’alaikum wr. wb.

Kali ini aku akan mengulas tentang salah satu bagian dari hidupku, yaitu All about Japan. Sebenarnya tidak semua aku akan bahas tapi daripada tak disalurkan, (serius aku seperti mual dan sakit kepala jika apa yang ada diotakku tak kukeluarkan) maka silakan menikmati bagi yang ingin sekedar refreshing. Hehe, maafkan ini bukan cerpen atau puisi.

Otaku adalah istilah bahasa Jepang yang digunakan untuk menyebut orang yang betul-betul menekuni hobi. Sejak tahun 1990-an, otaku dikenal untuk menyebut penggemar berat subkultur asal Jepang seperti anime dan manga.

Masa kecilku dihiasi oleh nilai kehidupan yang ada di film-film kartun dari Jepang atau kita sebut dengan anime. Entah usia berapa kakak perempuanku mengenalkan manga Pansy kepadaku. Manga yang bergenre seperti Candy-Candy yang marak pada masa itu, lalu Topeng Kaca, manga yang bercerita tentang dunia drama dan akting yang sanggup membawa pembacanya mengetahui trik-trik teaterikal. Lalu dari kakak laki-lakinya penyuka manga Cinmi dan Legenda Naga, manga tentang pertarungan dan pertempuran di daerah Cina, dari situ aku dapat mengetahui tentang strategi-strategi perang yang dipaparkan. Beberapa tahun kedepan, ketika kelas lima atau enam SD manga telah menjadi “makanan” favoritku sehari-hari. Banyak yang kutemukan dalam cerita manga-manga tersebut.

Tak hanya manga yang merajai masa kecil anak Indonesia saat itu. Filem kartun Jepang atau kita sebut dengan anime juga telah masuk besar-besaran distasiun tv swasta Indonesia yang saat itu baru ada karena beberapa tahun kebelakang, mungkin ketika aku TK atau SD kelas satu, dua yang ada hanya stasiun tv TVRI.

Dari Saint Seiya (RCTI), Sailormoon (Indosiar), Samurai X (SCTV), Cardcaptor Sakura (TPI), dan beberapa anime yang ditayangkan stasiun-stasiun tv baru lainnya. Yang paling banyak menayangkan anime saat itu adalah stasiun tv Indosiar. Sangat bisa kita ingat pada hari minggu sejak pukul lima pagi sampai pukul setengah 11 kita disajikan berbagai ragam anime dan tokusatsu dari negeri sakura tersebut. Dan saat itu kami (anak-anak orangtuaku) sangat menikmatinya. Yah kalau kalian juga sama kami pasti bisa menyebutkan acara apa saja itu. Namun disini aku tak akan membahas acara-acara pada jaman dulu, yang ingin kusampaikan adalah nilai-nilai kehidupan yang terdapat dalam semua karya Nihon-jin tersebut.

Dimulai dari manga Harlem Beat, manga ciptaan Yuriko Nishiyama ini terbit ketika aku berada di kelas lima SD. Bercerita tentang persahabatan dan dunia seputar dunia basket SMU. Dari sini aku menemukan beberapa kutipan yang menyentuh kehidupanku.

“Kita akan benar-benar menjadi kuat ketika kita melakukannya demi orang lain.” Terkadang kita sering lelah dan hilang semangat untuk hal apapun, namun kita akan termotivasi jika kita ada “alasan” untuk menjadi kuat.

“Manusia akan menangis, karena manusia tidak tahan jika sendiri.” 

“Jika kita berjuang sendiri dalam sebuah kelompok, bekerjalah dengan penuh giat dan semangat.” Hal ini terjadi ketika dalam dunia kerja. Setidaknya bagiku. Ketika pekerjaan yang seharusnya dikerjakan bersama malah kita sendiri yang mengerjakan, hati kita merasa kesal dan cape, maka saat itu bekerjalah tanpa mengharap bantuan orang lain, kerjaan apa yang bisa kita lakukan, dengan senang hati, hilangkanlah segala kesal terhadap sekitar, maka teman-teman kita akan tergerak untuk memembantuk kita.

 

Lalu, Penguin Brother, manga tentang persahabatan antara anak perempuan pindahan dan cowo super jenius di sekolah yang kolot. Aku suka banget dengan manga satu ini meskipun ini bukan persahabatan antar cowo (genre yang paling aku suka) tapi dalam manga ini mengajarkan sesuatu yang sangat penting, dan aku membuktikannya akhir-akhir ini.

“Jika tidak ada yang bisa kau percaya lagi. Jika binggung menyelimutimu. Kau tak tahu harus percaya pada siapa. Maka pejamkanlah matamu, tarik nafas dan tanya pada hati nurani terdalammu. Kau akan menemukan jawabannya.” Aku melakukannya.

“Kita tak akan bisa menang dengan kenangan.” Itu yang aku dapatkan ketika aku membaca hingga selesai manga Banana Fish. Manga paling favoritku. Persahabatan antara pemuda Jepang dan preman di jalanan Manhattan yang super jenius dengan fisik yang sempurna. Eiji Okumura dan Aslan Jade Carrensen. Manga paling buat galau hingga sekarang.

“Jangan menghitung apa yang sudah hilang darimu, tapi sadarilah orang-orang yang masih ada disampingmu.” Kalimat itu sungguh menohok hati ketika dengan penuh air mata Ruffi menangisi kematian Ash, kakaknya. Kalimat itu juga menyadarkanku betapa aku masih beruntung memiliki ibu dan saudara serta teman-teman yang masih menyayangiku. Sungguh jika aku memikirkan kematian kakakku dan bapakku bisa saja aku depresi selama berbulan-bulan seperti Ruffi. Yah, sudah sih, bedanya aku tak menyakiti diri sendiri seperti kapten topi jerapi tersebut.

“Kita tak akan menjadi benar-benar sahabat sejati jika tidak bertengkar dulu. Bertengkar antara sahabat adalah ujian untuk memperkuat ikatan.”  Jika kau pernah mengikuti Digimon Adventur pasti kenal sama duo sahabat Daichi dan Touya (bener ga ya namanya, lupa xp). Anime yang aku ikuti ketika smp itu masih tercetak jelas dalam ingatan. Jadi ketika bertengkar sama sahabat kita, maka anggap saja itu akan membuat hubungan kita jadi lebih erat dimasa depan. Hal ini tidak lalu menganggap antar sahabat harus bertengkar dahulu baru bisa erat. Ga lo ya.

Sebenarnya masih banyak lagi yang ingin kusampaikan tentang “pesan-pesan” yang terkandung dalam manga, anime, tokusatsu, j movie, dorama, j music. Namun keterbatasan waktu membuatku harus berhenti disini. Ada beberapa yang ingin kuangkat dalam berbagai tulisan tentang all about Jepang. Insya Allah kapan-kapan akan kubuat beberapa resensi dan ulasan lagi.

Akhir kata. Terima kasih buat yang telah membaca. Maafkan jika tulisanku tak seberapa pantas dipajang disini karena ini bukan sebuah cerita. Lalu, silakan tinggalkan komentar bagi yang berkenan. Terima kasih.

Wassalamu ‘alaikum wr. wb.

26 Desember 2012

Riang Merapi (Book)

4 Komentar

deffanity

Riang Merapi

 RM

Agaknya aku mulai suka menulis resensi J kali ini aku menulis sebuah novel karya Abang Divan Semesta. Naskah yang aku baca, adalah naskah kasar, naskah yang belum diedit dan diterbitkan. Ish? Bagaimana aku bisa mendapatkan naskah itu? Jangan ditanya, itu rahasia kamu berdua, serahasia hubungan kami juga. #plaaak!

 

Versi cetaknya? Belum beli hehehehe 😀 tapi yang jelas novel ini sudah diterbitkan oleh penerbit teman-teman sendiri yaitu Anomali pimpinan Abang Chio yang bermarkas di Ngayogyakarta Hadiningrat.

Well, monggo dibaca J

 

Tentang Buku

Judul buku       : Riang Merapi

Penulis              : Divan Semesta

Penerbit            : Anomali

Jumlah Hal       : 400 halaman

Harga                : Rp. 83.000

CP pemasaran: 0856-5120-8597

 

Sinopsis

 

Riang Merapi, seorang pemuda asal desa Thekelan yang sedang mengalami krisis eksistensi. Pertanyaan-pertanyaan yang pernah mengubek-ngubek batok kepala para filsuf sejak jaman Plato Aristoteles hingga jaman Stalin dan Lenin kini menggempur otaknya yang sederhana. Otaknya dipenuhi dengan…

Lihat pos aslinya 651 kata lagi

A Little Monster Story (Finale)

3 Komentar

tumblr_m9fybnuEU61qm6dn5o1_500

“Nah, mulai sekarang, Bapak tak mau lagi melihat perdebatan lagi di antara kalian. Semuanya sudah selesai sekarang, jadi Bapak mohon kalian baikan dan kembali berkonsentrasi dengan klub kalian masing-masing,”lanjut Pak Jeffrey lagi.

Sesaat aku melirik Stevan yang masih diam terpekur di duduknya. Dia masih saja ketus seolah tak bersalah. Itulah yang menyebalkan darinya.

“Kalian sudah baikan kan? Kenapa tak berjabat tangan? Bukankah sebuah jabatan berarti perdamaian?”tambah Pak Jeffrey lagi. Beliau nampak mengangkat alis kanannya melihat aku yang masih bersikap ketus pada Stevan.
Lainnya

Seharusnya…

7 Komentar

Harusnya kita tak pernah bertemu,

Tak pernah saling mengenal satu sama lain,

Tak pernah satu ruang,

Tak pernah bercinta.

 

Harusnya…

Aku dan kamu tak pernah menjadi kita.

Tak pernah saling mengikat.

Tak pernah bermain-main dalam relung hati.

 

Harusnya…

Aku tak perlu menyentuh bibir itu…

Bibir yang dengan cepat menyalurkan berjuta perasaan aneh.

Menyalur dalam tarian lidahmu dan aku…

Dan membekas berkarat di palung terdalam,

Yang kutahu bernama hati.

 

Harusnya…

Sesuatu itu tak perlu tumbuh.

Tak perlu berakar bahkan bertunas.

Seharusnya kubiarkan layu,

Atau bahkan mati bila perlu,

 

Semuanya sudah berakhir,

Tak ada aku, tak ada kamu, tak ada kita.

Yang tesisa hanya kosong dan hampa.

Hanya bangkai kenangan yang begitu bau ‘tuk diungkit kembali.

 

Dan lagi…

Seharusnya…

Luka ini, tak perlu seperih ini.

 

P.S.

To all,

Aku sayang sama semua author dan pembaca di blog ini. Yuk kita saling menghargai semua karya tulis sebagai bagian dari karya sastra. So, jangan saling mencela, membanding-bandingkan dengan yang lain bila itu tujuannya bukan untuk membangun.

Kebiri

19 Komentar

Akhirnya aku posting juga cerpen yang lama terpendam ini. Mungkin beberapa orang sudah baca karena sengaja aku mintai pendapat. Cerpen ini pernah aku ikutkan event walau kandas, mungkin karena kurang bagus. Tak apalah. sebagai peramai blog kita tercinta. Selamat membaca!

.

.

Kebiri

by Javas

.

.

Aku ingin menjual batangku. Memangkasnya hingga rapi, seperti saat aku menggunduli jembut di atasnya. Muak! Kutasbihkan ketika melihatnya. Dia selalu membodohiku, menipuku selayak keledai. Padahal dia tak berotak.

Aku ingin menyulapnya menjadi kelamin wanita. Kukira dia lebih anteng. Tidak oleng ke sana kemari. Membuat kegaduhan dan membuang lendir ke mana-mana. Ah! Sungguh aku tak ingin melihatnya. Pembawa bencana.

Sejuta, cash, siapa berminat? Bisa untuk pajangan! Lainnya

Older Entries

ceritasolitude

kumpulan cerita sederhana dari seorang yang berhati rumit.