Diproteksi: SEXY, NAUGHTY, DIRTY [Chapter XVIII]

Masukkan password Anda untuk melihat komentar.

Konten berikut dilindungi dengan kata sandi. Untuk melihatnya silakan masukkan kata sandi Anda di bawah ini:

Diproteksi: L + A TALK TOO MUCH

Masukkan password Anda untuk melihat komentar.

Konten berikut dilindungi dengan kata sandi. Untuk melihatnya silakan masukkan kata sandi Anda di bawah ini:

Diproteksi: SEXY, NAUGHTY, DIRTY [Chapter XVII]

Masukkan password Anda untuk melihat komentar.

Konten berikut dilindungi dengan kata sandi. Untuk melihatnya silakan masukkan kata sandi Anda di bawah ini:

Diproteksi: SEXY, NAUGHTY, DIRTY [Chapter XVI]

Masukkan password Anda untuk melihat komentar.

Konten berikut dilindungi dengan kata sandi. Untuk melihatnya silakan masukkan kata sandi Anda di bawah ini:

SAFEHOUSE

53 Komentar

an AL GIBRAN NAYAKA story

##################################################

CUAP2 NAYAKA

Salam…

Cerita ini sudah terpendam sekian lama di harddisk Toshi-kun yang sesak. Kutulis karena diminta salah seorang teman untuk meramaikan isi buku yang hendak diterbitkannya secara self publishing. Sepertinya aku menulisnya pada tahun 2016, lupa kapan tepatnya saking sudah lamanya.

Sekarang aku mempostingnya di sini, khusus untuk pembaca blogku yang setia dan sabar menunggui blog ini update, dari bulan ke bulan. Kalian, pembaca blogku yang sabar dan setia bisa membacanya free, tidak perlu beli bukunya dulu, entah bukunya sudah ada atau belum. Anggap saja ini sebagai ucapan terima kasihku karena kalian masih sudi mampir mengecek blog, bahkan di saat sudah jelas-jelas tak ada entri baru di blog.

Selamat menikmati membaca Safehouse, sukur-sukur bisa semenikmati aku ketika menulisnya.

Wassalam.

n.a.g

##################################################

Kita hidup dengan aturan. Aturan tertulis dan tidak tertulis, yang dibuat penguasa zaman ini dan yang disepakati secara absolut hanya karena diturunkan dari nenek moyang sejak dari zaman entah. Khusus aturan terakhir, kita diharuskan mengikutinya secara membabi buta tanpa perlu bertanya ‘mengapa’, pokoknya ikuti saja karena sudah begitu sejak dahulu kala.

Mengapa untuk menjalani hidup, manusia memerlukan segala macam aturan itu? Tidak bisakah ia hanya hidup saja?

Saat kecil dulu, Bapak akan menjawabku dengan jawaban paling sederhana untuk dipahami anak kecil: aturan membuatmu jadi anak baik dan melanggarnya membuatmu jadi anak bandel. Sesederhana itu, dan sudah cukup membuatku dan anak-anak Bapak selain aku untuk selalu jadi anak yang patuh dan penurut.

Ketika aku bukan lagi anak-anak dan terjadi transformasi besar-besaran pada pola pikirku, sejalan waktu menuju dewasa, pandanganku tentang aturan meluas bukan hanya sekedar ‘membuatmu jadi anak baik’. Aku tahu kalau aturan itu seharusnya memudahkan hidup, menata semua hal tetap pada tempatnya, mencegah hal-hal buruk terjadi, menjauhkanmu dari masalah atau masalah darimu, menjadikan hidupmu terarah, dan seperti yang selalu dikatakan para sesepuh: membuatmu hidup bahagia. Kata mereka, jika kau hidup mengikut aturan, hidupmu seharusnya bahagia. Kedengarannya mudah dan sederhana.

Sayangnya, ketika aku berkenalan dengan masa pubertas, mendadak aku jadi kebal aturan. Semakin jauh meninggalkan masa pubertasku di belakang, semakin aku merasa kalau sepertinya hukum ‘aturan membuat hidup bahagia’ tidak berlaku padaku. Aku justru mendapatkan kebahagiaanku dengan melanggar banyak aturan. Di antara sekian banyak aturan itu, ada satu aturan luar biasa penting yang seharusnya tidak pernah dilanggar oleh semua pria di muka bumi ini, tapi malah kulanggar. Itu adalah aturan yang kata mereka nomor wahid harus diikuti tanpa kompromi.

Kuberitahu aturan apa itu. Itu adalah aturan yang mengharuskan seorang lelaki untuk berpasangan dengan seorang perempuan. Bukan dalam hal pasangan tugas kelompok di bangku kuliah atau semacamnya, tapi dalam konteks melestarikan keturunan. Lihat, betapa membangkangnya diriku. Aku melanggar aturan paling tua yang selevel dengan hukum Tuhan itu. Aturan yang sudah ada sejak nabi pertama dilemparkan dari elysium yang terang-benderang untuk hidup sebagai manusia pertama di kerak bumi tanpa lampu―karena saat itu Edison belum lahir.

Dengan melanggar aturan mahapurba itulah aku menjemput bahagiaku. Tidak perlu dikatakan, aku sudah lama tahu diri dan sudah lama sadar betapa kurang ajarnya diriku. Jika mau menghujat, kupikir aku memang pantas menerimanya, jadi silakan menghujat.

Namun sebelum melakukannya, Kawan, izinkan aku mengenalkan perasaanku kepadamu. Beri aku kesempatan, bukan untuk membela diri. Aku tahu bahwa tak ada pembelaan yang cukup pantas untuk pembangkang aturan Tuhan. Apa yang akan kututurkan ini bukan untuk menggodamu mengikuti jejakku sebagai pelanggar aturan. Bukan pula untuk membenarkan pilihan yang kuambil, apalagi mengiba empatimu.

Cerita ini kututurkan untuk mengajakmu melongok sebentar ke duniaku yang katanya seindah pelangi. Bagian ini sungguh omong kosong. Percayalah, Kawan, bahkan dunia tokoh dongeng saja tak ada yang seindah pelangi, selalu ada petaka sebelum happily ever after yang iconic itu. Cerita ini kututurkan untuk mencegahku jadi pikun tentang siapa diriku sebenarnya―karena mencari jati diri buatku tidak melewati jalan lurus mulus penuh petunjuk, dan menerimanya bukanlah perkara yang mudah. Cerita ini tentangku, dan tentang satu insan yang padanya sempat kutemukan rumah untuk pulang paling aman bagiku di seluruh jagat semesta.

Setidaknya pernah begitu…

Lainnya

Diproteksi: SEXY, NAUGHTY, DIRTY [Chapter XV]

Masukkan password Anda untuk melihat komentar.

Konten berikut dilindungi dengan kata sandi. Untuk melihatnya silakan masukkan kata sandi Anda di bawah ini:

POLAROID

44 Komentar

Padang Sidempuan, tanggal hari ini tahun ini

 

Dear Gie…

Jika kau sedang membaca surat ini, itu artinya kau berhasil membaca peta yang kutinggalkan untukmu, dan berarti aku berhasil membuatmu merindu lewat semua ‘AKU’ yang kutinggalkan untukmu sebelum hari mendung itu. Tebakanku, kalau tidak di balkon kamarku, mestinya saat ini kau sedang berada di ayunan halaman belakang, dan tolong hati-hati dengan baut ayunannya, sering copot sendiri.

Bagaimana kabar rumahku? Kuharap kau disambut baik di sini, jika pun tidak dari semua orang, pasti kau sudah disambut baik oleh Taja. Sudahkah kau mengagumi senyumnya seperti kau pernah mengagumi hal yang sama dariku dulu? Jika belum, tinggallah lebih lama. Aku sudah berpesan agar dia ramah padamu khusus hari ini. Apakah dia ramah? Jika ternyata tidak, mungkin dia lupa, tapi setidaknya dia menepati janji memberimu suratku dan tidak menendang bokongmu pergi. Kau ingat, kan? Aku pernah bercerita tentang adikku itu padamu suatu hari dulu, tepat sehari setelah aku mengecewakan semua orang di rumah. Aku bercerita padamu betapa marahnya dia ketika aku memilih jatuh cinta padamu dan melawan seisi rumah, bahkan seisi dunia. Tapi ketika aku pulang membawa hati patah sebagai cinderamata, dia jadi orang pertama dan satu-satunya di rumah yang berniat menghajarmu. Kuharap, dia tidak melakukannya tadi.

Dear Gie…

Aku penasaran bagaimana perjalananmu ke mari. Apakah menyenangkan? Apakah menjengkelkan? Ataukah di antara keduanya, tidak menyenangkan dan tidak pula menjengkelkan? Bagiku dulu, perjalanan pulang ke sini ketika cuti selalu terasa menjengkelkan. Meninggalkanmu, tak peduli untuk ke manapun, pulang atau pergi, memang selalu akan membuatku jengkel. Tapi tetap saja, diharuskan pergi meninggalkanmu hari itu adalah perjalanan pulangku yang paling menjengkelkan. Lainnya

Older Entries

ceritasolitude

kumpulan cerita sederhana dari seorang yang berhati rumit.